Skip to main content

Indahnya Bukittinggi dari Puncak Bukit Karang

Melewati Hutan menuju Bukit Karang

Perjalanan  kami, dimulai dari pukul jam  07.00 pagi. Anak – anak dan saya sangat antusias untuk segera tiba disana, terlihat gelisah dari wajah mereka, menunggu angkot yang tak kunjung datang.

Umi…. panggilan salah satu anak sambil berdiri celengak celenguk resah
Iya, ada apa ? jawab umi
Kok angkotnmya lama kali ya mi datengnya…
Udah umi telpon kok, kata bapak nya udah dekat jangkak

Dari jauh klakson mobil sudah terdengar, terlihat mobil IKB berwarna biru mencari Pondok kami. Semangat wajah anak – anak terlihat kembali yang  bosan menunggu angkot yang belum datang.

Pak.. pak.. pak… disini pak! Serentak teriak anak – anak
Dengan rem mendadak sibapak langsung berhenti, kami pun bergegas masuk ke mobil. Dengan penuh kegembiraan dan rasa penasaran terpancar dari wajah mereka.

Kami pun tiba di Nagari Baso, Sungai Angek. Sampai disana Ketua Markas Surau Kaciak menyambut kedatangan kami dengan penuh hangat dan ramah.
Udara yang masih asri, deretan bukit yang menjulang tinggi dari kejauhan dan hamparan sawah yang terbentang luas membuat saya jatuh hati pada  kampung ini.  
Rumah Panggung yag sepertinya sudah mulai tua, menjadi perhatian saya dan anak – anak. Jarang – jarang bisa bertemu dengan rumah berciri khas minang yang masih terawat sampai sekarang. Surau Kaciak, rumah yang menjadi tempat bagi anak – anak disekitar kampung Sungai Angek untuk menuntut ilmu, baik Agama maupun Pengetahuan Umum.

Bergegas meninggalkan Surau Kaciak saya dan rombongan segera melakukan perjalannan selanjutnya. Berkumpul disebuah SD, menunggu rombongan lain yang belum datang sambil menyantap gorengan yang kami bawa tadi dari pondok.

Dengan penuh semangat awal pertualangan kami berjalan melewati hutan di belakang gedung SD. Dengan didampingi pemandu didepan, saya dan para rombongan berjalan mendaki menyusuri jalan setapak. Baru berjalan saya pun mulai terpeleset, tanah yang basah karena habis hujan kemarin.

Pohon – pohon berumur tua seolah olah memyambut kedatangan kami, suara  jangkrik mulai terdengar menjadi nyanyian semangat untuk kami. Saya baru merasa manfaatnya jalan pagi setiap hari, setidaknya ketika ada perjalanan seperti sayapun tidak terlalu kaget. Mungkin ini menjadi alasan umi mengapa selalu membawa anak – anak jalan pagi setiap sabtu atau minggu, melatih pribadi anak – anak agar kuat.
Pohon karet, jamur, anggrek hutan menjadi daya tarik saya melewati setapak demi setapak menyusuri hutan Bukit Karang.





Keindahan Pohon yang menjulang tinggi membuat saya takjub


Masih jauh gak kak…? Tanya anak – anak
Masih jauh… kata si kakak pemandu

Raut wajah letih dan nada – nada nafas yang tidak seirama lagi mulai terlihat dari rombongan. Ingin cepat rasanya untuk tiba diatas puncak. Walaupun lelah dan tenaga yang mulai terkuras anak – anak masih tetap terlihat senang, Sesekali mereka memanggil saya

Adinda…. Adinda,,,,,
Semangat adinda….!

Ya, begitulah anak – anak di Pondok Qura’n memanggil saya. Teriakan mereka seolah – olah  menjadi obat semangat yang paling mujarab untuk saya. Pelan tapi pasti, kami pun sudah mulai tiba di setengah perjalanan. Kak lili dan habibah menjadi temen setia saya dalam perjalanan ini. Disaat mulai kesusahan untuk mendaki mereka selalu ada membantu saya, saat saya terjatuh mereka slalu setia untuk membangunkan saya kembali. Cucuran keringat yang mulai membasahi baju dan wajah yang mulai kelihatan lelah tidak menyurutkan niat kami untuk sampai diatas.


Setengah dari Perjalanan menuju Bukit Karang


Kurang lebih dua jam puas berjalan pagi, akhirnya tanda – tanda sampai ditujuan sudah mulai kelihatan. Wajah kami sontak berubah menjadi bahagia.

Finally… akhirnya nyampe juga....aa... ( saya pun berkata dihati )

Warna hitam, coklat dan biru dari hammock tergantung diantara pohon yang satu dengan pohon lainnya seakan – akan siap tmenyambut kedatangan kami, Aroma margarine dan roti tercium terbawa angin membuat perut berbunyi nyaring seakan memberi sinyal kuat harus diisi.






Tempat Beristirahat bagi para Trekking





Yeee sampe!
Udah sampe kak, ayok duduk dulu minum teh terus cobain roti bakarnya kak...

Suara perempuan yang masih sangat muda dari tim pemandu terdengar dari kejauhan. Para rombongan pun dengan sigap langsung mengambil posisi tempat terbaiknya sambil meluruskan kaki yang terasa masih kelelahan. Sambil menikmati teh hangat dan sepotong roti bakar, mata kamipun tidak hentinya melihat keindahan alam sekitar. Allahuakbar…. Tiada henti kami mengucapkan syukur atas keindahan ciptaan Allah.



Da Nanda sibuk membuat roti bakar untuk para trekking


Ada yang mau kepuncak nya gak? Tanggung sdikit lagi loh
Sekitar 700 m lagi dari sini
Diatas pemandangannya lebih bagus lagi lo…

Terdengar suara Da bet ( tim pemandu ) mengalihkan pandangan kami kepada beliau.

Mau …. Mau… jawab anak - anak dengan penuh semangat. 

Tanpa berpikir panjang sebagian dari rombongan ada yang langsung berdiri bersiap untuk mulai berjalan lagi, tetapi ada juga untuk setia tetap duduk sambil menikmati makanan yang telah disediakan.

Perjalanan menuju puncak ternyata lebih menantang dari yang tadi. Berjalan mendaki setapak demi setapak mulai kami lewati. Kiri kanan masih disuguhi pemandangan pepohonan yang sekali – kali terlihat pemandangan yang sangat indah dari balik – balik ranting pepohonan.

Astagfirullah… ( ucap saya dalam hati )
Kita harus naik tebing ini dek? Iya kak…
Sambil mengela nafas panjang saya pun mulai ragu dengan diri saya.
Takut....
Ayok kak… Insya Allah bisa kak ! ( habibah yang selalu setia nyemangatin saya )

Dengan bantuan tali, kami pun mulai menaiki tebing secara bergantian. Yakin dan fokus menjadi modal saya untuk menaiki tebing. 

ya Allah... seumur hidup baru kali ini rasanya manjat tebing, walaupun pake bantuan tali... kaki berasa gemetar gak karuan 


Medan tebing yang sangat memacu adrenalin saya


Medan yang semakin lama semakin menanjak, akhirnya kami pun tiba dipuncak yang pertama. Rasa capek, panas, lelah hilang semuanya ketika melihat pemandangan yang sangat indah.
Rasa syukur kepada Sang Pencipta tiada henti – hentinya kami ucapkan karena melihat ciptaan Allah yang Maha Sempurna. Sawah yang memulai menguning dan sebagian sawah ada yang terlihat masih hijau, langit berwarna biru terang, deretan bukit barisan yang terlihat menakjubkan menjadi pemandangan yang tak henti – hentinya kami syukuri.



Keindahan kota Bukittinggi dari Puncak Bukit Karang


Sayup – sayup adzan sudah mulai terdengar, waktu sudah menunjukkan 12 siang lewat.

Udah Dzuhur….
Kita balik yuk!!

Suara teriakan anak – anak dari depan terdengar mengajak kami untuk segera kembali pulang. Dengan sebatang tongkat ditangan dari kayu, yang kami dapat dari pinggir- pinggir semak – semak hutan secara bersamaan kami pun meninggalkan hutan dengan hati – hati. Perjalanan yang menurun tidak terlalu menguras tenaga saat mendaki ketika naik tadi.
Walaupun sempat salah jalan saat kembali pulang, perjalanan pulang ini sangat menjadi "spesial" untuk saya. Adegan jatuh bangunnya banyak saya rasakan ketika pulang ini.

Rintikan hujan yang semakin lama semakin lebat akhirnya kami sampai dibawah dan berlanjut berjalan untuk berkumpul di sebuah mesjid untuk melaksanakan sholat ashar dan bersih - bersih.

Dua angkot biru terlihat berjejer didepan mesjid. Pertanda kami pun harus segera kembali kepondok.

Ayok anak – anak ( teriak umi )
Kita pulang …
Ayok kita balik pulang….. !

Tap dekat pintu… tap dekat jendela… tap dibelakang teriak anak- anak

“Tap“ seolah menjadi ritual kata anak – anak untuk menandakan sesuatu milik mereka.

Umi…. Kita pulang lagi mi? Tanya salah seorang anak
Iya atuh kita pulang, nanti kesorean 

Setelah bersalaman dan pamitan, saya dan rombongan menaiki angkot yang telah menunggu dari tadi. Sambil bercerita dan tertawa, masing – masing anak dengan penuh antusias menceritakan pengalaman mereka saat trekking tadi. Rasa bahagia terlihat dari wajah dan tawa mereka. Seakan capek dan lelah tidak mereka rasakan.

Umiiii…. Kapan -kapan kita mendaki singgalang ya mi… ( terdengar teriakan tsabita )
Ayok lah mi…. ayoklah mi…..mendaki singgalang ya mi… ( sahut anak lainnya dari belakang )
kuatin fisik dulu... sering jalan... kalo udah kuat baru kita mendaki gunung jawaban umi membuat anak - anak semakin bersemangat untuk latihan. 

Perjalanan ini bukan sekedar Trekking biasa untuk saya. Dari sini, banyak sekali yang dapat saya rasakan. Perjalanan ini, membuat saya sadar makna dari sebuah perjuangan, Saling tolong menolong dan arti sebuah kebersamaan. Banyak momen yang tidak bisa saya dan anak - anak lupakan. Dan ini, tidak bisa digantikan dengan apapun. 


















Comments

Popular posts from this blog

Merajut Mimpi di dalam Do'a

Sore ini, hujan kembali turun. Tetesan air yang terbawa angin membasuhi wajahku berkali – kali seolah – olah membohongi mataku yang tak lagi tahan ingin menangis sejadi – jadinya. Kata orang, hujan   adalah waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Tida bosan dan lelah aku terus mengulang – ngulang apa yang aku pinta sembari pasrah dan ikhlas. Satu yang aku yakini, Allah memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Suara petir diatas langit menambah rasa cemasku untuk menantikan hari esok. Besok adalah hari terakhir pengurusuan data ( tambahan ) dari siswa undangan yang terpilih ke Universitas Indonesia. Tiga minggu yang lalu sejak penguman di sampaikan, tinggal aku yang belum menyerahkan. Sejak tahu aku lulus di UI Orang tuaku merasa bahagia yang mungkin tak bisa aku jelaskan.   Rasa bangga tampak jelas dari raut wajah kedua orang tuaku yang sudah tidak muda lagi. Ayah dan ibuku seorang petani, aku memiliki dua adik perempuan yang masih duduk dibangku SMP. Atika kelas...

PESONA KEBUN TEH ALAHAN PANJANG

Langit biru, hamparan kebun teh yang hijau, Pohon tua yang masih berdiri dengan kokohnya, sejuknya angin yang bersemilir sampai masuk ketulang dan teriknya panas matahari seolah olah menyambut kedatangan saya waktu itu. Mulai masuk simpang Lubuak Salasiah mata saya tidak berhenti melihat kebun teh yang terbentang luas tak berujung, dari jauh terlihat Gunung Talang yang menjulang tinggi ke langit membuat saya terpukau dengan indahnya alam kampung ini.  w    : gimana ra, kampung aku ? bagus kan... 😂 me :  aaaaa... gilak keren! *sambil menikmati angin yang masuk dari jendela mini bus   w  : pasti betah lah disini..  pas kali cuacanya bagus cuaca kayak gini bagus untuk berfoto dari pada mendung  disini sering hujan  sekarang panas... nanti tiba tiba bisa turun hujan  me : kalo udaranya sedingin ini cuma satu yang awak pikirin  w  : apa tu?  me : mandi pagi hahahah pasti dingin kali ya  w : mandi...

Pantai Lampuuk, Keindahan tersembunyi diujung Barat Sumatera

Putihnya pasir Pantai Lampuuk Berjarak kurang lebih 20 Km dari Kota Banda Aceh kita dapat menjumpai Pantai bersih dan  cantik ini. Ya, Pantai berpasir Putih dengan suguhan pemandangan deretan gunung didepannya bernama Pantai Lampuuk. Bertempat di Desa Meunasah Mesjid, Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar menjadi salah satu saksi bisu keganasan gelombang Tsunami 2004 lalu. Hampir separuh warganya habis terseret gelombang, salah satunya teman sekolah saya ketika duduk dibangku menengah pertama. Saat Tsunami terjadi pantai ini termasuk kawasan bencana yang parah. Kondisinya yang porak poranda, Pohon - pohon berjejer rapih di pinggir daratan habis disapu bersih oleh gelombang Tsunami. ini kali kedua saya berkunjung kepantai ini pasca tsunami sejak saya meninggalkan Banda Aceh Tahun 2003 yang lalu.   Jalur yang menghubungkan Banda Aceh dengan Calang ini sekarang sudah mulai bangkit kembali dari bencana. Terbukti, minat wisatawan lokal maupun luar mulai berdatangan....